Produk baru kami. Puyuh Ungkep. Utk pemesanan bs ke 085795746521 SMS or WA yah.
Situs atau Blog ini untuk mengupdate seluk beluk dunia peternakan puyuh untuk memajukan serta mengedukasi masyarakat tentang dunia peternakan puyuh. Sekaligus update perkembangan peternakan puyuh kami. Semoga banyak yang terinspirasi.
Senin, 30 November 2015
Jangan Salah Pilih Makanan Seperti Bani Israil
Dibebaskan dari cengkraman
Fir’aun dan Allah janjikan kemenangan atas Baitul Maqdis ternyata tak
membuat Bani Israil bersyukur. Lagi-lagi Bani Israil berulah dengan
menyuruh Nabi Musa AS berperang sendirian. Alhasil Bani Israil yang
fasik akhirnya diganjar hukuman disesatkan di gurun Tih selama 40 tahun.
Tapi rupanya hukuman itu tak membuat mereka jera, mengapa?
Dikisahkan ketika Bani Israil disesatkan di gurun yang panas, Allah ternyata memberikan karunia kepada mereka. Mukjizat berupa naungan awan senantiasa mengiringi kemana pun Bani Israil pergi, makanan terbaik berupa manna dan salwa pun selalu tersedia tanpa harus diburu dengan susah payah.
Tapi tak dinyana, justru kaum Nabi Musa itu malah meminta makanan pengganti yang lebih rendah untuk mereka. Allah Ta’ala berfirman:
Ibnu Qoyyim mengungkapkan bahwasannya Bani Israil telah berada dalam suatu tempat yang luas, udaranya lebih baik, lebih jauh dari penyakit dan kotoran, atap yang melindungi mereka dari sengatan matahari adalah awan, makanan mereka salwa dan minuman mereka manna.
Ibnu Zait turut berkata, “Makanan Bani Israil ketika mereka berada di padang sahara (tih) hanya satu macam, demikian pula minuman mereka. Minuman mereka madu yang turun dari langit yang disebut manna, sedangkan makanan mereka burung yang disebut salwa. Mereka hanya makan daging burung dan minum madu; tak ada roti atau makanan lainnya.
Ibnu Qoyyim juga menuturkan bahwa sudah maklum betapa utamanya jenis makanan dan minuman dari Allah tersebut dibanding dengan jenis makanan dan minuman lainnya. Ini merupakan salah satu contoh buruknya pilihan mereka serta sedikitnya pengetahuan mereka mengenai jenis makanan yang bermanfaat dan cocok, sehingga meminta makanan yang mengandung mudarat.
Sementara Hasan Al Basri mengatakan bahwa Bani Israil terlanjur terbiasa dengan hal tersebut (makanan yang mereka minta), maka mereka tidak sabar terhadap makanan manna dan salwa. Mereka teringat kepada kehidupan sebelumnya yang biasa mereka jalani. Mereka merupakan kaum yang biasa makan kacang adas, bawang merah, sayur-mayur dan bawang putih (vegetarian).
Oleh karenanya Musa AS berkata, “Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta…”
Ibnu Katsir menyatakan bahwa pada ayat tersebut terkandung teguran dan celaan terhadap permintaan mereka yang meminta jenis-jenis makanan yang rendah ini, padahal mereka sedang dalam kehidupan yang menyenangkan dan memiliki makanan yang enak lagi baik dan bermanfaat.
Banyak pendapat mengenai manna, diantaranya ialah cairan putih yang mirip madu walau ada yang berpendapat itu adalah jamur truffle karena adanya hadits Nabi SAW yang berbunyi, “Jamur kam’ah (truffle) berasal dari manna, airnya mengandung obat penawar bagi mata.” (H.R. Bukhari)
Menurut Imam Dzahabi, manna yang turun pada pohon khotmiy yang berasal darinya berwarna putih dan yang tidak berasal darinya berwarna hijau. Kekuatannya bertambah dan berkurang tergantung pohon yang dihinggapinya, bagus untuk dada, bermanfaat untuk batuk dan dapat menghilangkannya.
Sedangkan salwa dikatakan Adz Dzahabi adalah jenis burung puyuh, memakannya menyenangkan hati dan menghancurkan kencing batu, bagus untuk kimus, bermanfaat untuk orang yang sehat dan yang baru sembuh dari sakit. Lalu bagaimana dengan kacang adas?
Diuraikan oleh Ibnu Muflih bahwasannya kacang adas itu mengganggu orang lain dan menyebabkan perut kembung. Sesungguhnya adas itu disebut bersamaan dengan bawang merah di dalam Al-Qur’an. Kacang adas adalah syahwat yang lebih disukai oleh orang-orang Yahudi daripada manna dan salwa.
Adas mengandung karakter kematian, panas-kering. Adas juga mengandung dua sifat yang kontradiktif; yang satu mengeraskan tinja; sedang yang lain melunakkannya.
Adas sangat berbahaya bagi pengidap melancholia (masalah dengan ampedu hitam) dan membuatnya mengalami mimpi buruk. Adas juga bisa mengentalkan darah, juga tidak baik untuk syaraf.
Adas sulit dicerna, tidak baik untuk lambung, sangat berbahaya bagi orang yang sulit buang air kecil, menghambat kelancaran darah haid, menyebabkan bengkak-bengkak dingin dan menghasilkan angin yang tebal.
Sekali lagi, akibat prilaku yang fasik dengan menolak karunia berupa makanan yang baik dan meminta ganti dengan makanan yang rendah kualitasnya maka Allah menghinakan Bani Israil seperti yang dinyatakan dalam lanjutan surat Al-Baqarah ayat 61.
“Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.”
Semoga umat Islam dapat mengambil pelajaran dari peristiwa yang dialami oleh Bani Israil. Sesungguhnya dalam Al-Qur’an dan Hadits telah dikemukakan juga mengenai berbagai makanan yang halal lagi baik. Lalu apakah patut bagi umat Islam mengikuti langkah-langkah Bani Israil? (joko/tabloidbekam)
Sumber : Eramuslim.com
Dikisahkan ketika Bani Israil disesatkan di gurun yang panas, Allah ternyata memberikan karunia kepada mereka. Mukjizat berupa naungan awan senantiasa mengiringi kemana pun Bani Israil pergi, makanan terbaik berupa manna dan salwa pun selalu tersedia tanpa harus diburu dengan susah payah.
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا
عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا
رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَـكِن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna
dan salwa. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan
kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah
yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al Baqarah : 57)Tapi tak dinyana, justru kaum Nabi Musa itu malah meminta makanan pengganti yang lebih rendah untuk mereka. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نَّصْبِرَ عَلَىَ طَعَامٍ
وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنبِتُ الأَرْضُ
مِن بَقْلِهَا وَقِثَّآئِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ
أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُواْ
مِصْراً فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلْتُمْ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa sabar
(tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk
kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang
ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya,
kacang adasnya, dan bawang merahnya.” Musa berkata: “Maukah kamu
mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu
ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta…” (Q.S. Al
Baqarah : 61)Ibnu Qoyyim mengungkapkan bahwasannya Bani Israil telah berada dalam suatu tempat yang luas, udaranya lebih baik, lebih jauh dari penyakit dan kotoran, atap yang melindungi mereka dari sengatan matahari adalah awan, makanan mereka salwa dan minuman mereka manna.
Ibnu Zait turut berkata, “Makanan Bani Israil ketika mereka berada di padang sahara (tih) hanya satu macam, demikian pula minuman mereka. Minuman mereka madu yang turun dari langit yang disebut manna, sedangkan makanan mereka burung yang disebut salwa. Mereka hanya makan daging burung dan minum madu; tak ada roti atau makanan lainnya.
Ibnu Qoyyim juga menuturkan bahwa sudah maklum betapa utamanya jenis makanan dan minuman dari Allah tersebut dibanding dengan jenis makanan dan minuman lainnya. Ini merupakan salah satu contoh buruknya pilihan mereka serta sedikitnya pengetahuan mereka mengenai jenis makanan yang bermanfaat dan cocok, sehingga meminta makanan yang mengandung mudarat.
Sementara Hasan Al Basri mengatakan bahwa Bani Israil terlanjur terbiasa dengan hal tersebut (makanan yang mereka minta), maka mereka tidak sabar terhadap makanan manna dan salwa. Mereka teringat kepada kehidupan sebelumnya yang biasa mereka jalani. Mereka merupakan kaum yang biasa makan kacang adas, bawang merah, sayur-mayur dan bawang putih (vegetarian).
Oleh karenanya Musa AS berkata, “Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta…”
Ibnu Katsir menyatakan bahwa pada ayat tersebut terkandung teguran dan celaan terhadap permintaan mereka yang meminta jenis-jenis makanan yang rendah ini, padahal mereka sedang dalam kehidupan yang menyenangkan dan memiliki makanan yang enak lagi baik dan bermanfaat.
Banyak pendapat mengenai manna, diantaranya ialah cairan putih yang mirip madu walau ada yang berpendapat itu adalah jamur truffle karena adanya hadits Nabi SAW yang berbunyi, “Jamur kam’ah (truffle) berasal dari manna, airnya mengandung obat penawar bagi mata.” (H.R. Bukhari)
Menurut Imam Dzahabi, manna yang turun pada pohon khotmiy yang berasal darinya berwarna putih dan yang tidak berasal darinya berwarna hijau. Kekuatannya bertambah dan berkurang tergantung pohon yang dihinggapinya, bagus untuk dada, bermanfaat untuk batuk dan dapat menghilangkannya.
Sedangkan salwa dikatakan Adz Dzahabi adalah jenis burung puyuh, memakannya menyenangkan hati dan menghancurkan kencing batu, bagus untuk kimus, bermanfaat untuk orang yang sehat dan yang baru sembuh dari sakit. Lalu bagaimana dengan kacang adas?
Diuraikan oleh Ibnu Muflih bahwasannya kacang adas itu mengganggu orang lain dan menyebabkan perut kembung. Sesungguhnya adas itu disebut bersamaan dengan bawang merah di dalam Al-Qur’an. Kacang adas adalah syahwat yang lebih disukai oleh orang-orang Yahudi daripada manna dan salwa.
Adas mengandung karakter kematian, panas-kering. Adas juga mengandung dua sifat yang kontradiktif; yang satu mengeraskan tinja; sedang yang lain melunakkannya.
Adas sangat berbahaya bagi pengidap melancholia (masalah dengan ampedu hitam) dan membuatnya mengalami mimpi buruk. Adas juga bisa mengentalkan darah, juga tidak baik untuk syaraf.
Adas sulit dicerna, tidak baik untuk lambung, sangat berbahaya bagi orang yang sulit buang air kecil, menghambat kelancaran darah haid, menyebabkan bengkak-bengkak dingin dan menghasilkan angin yang tebal.
Sekali lagi, akibat prilaku yang fasik dengan menolak karunia berupa makanan yang baik dan meminta ganti dengan makanan yang rendah kualitasnya maka Allah menghinakan Bani Israil seperti yang dinyatakan dalam lanjutan surat Al-Baqarah ayat 61.
“Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.”
Semoga umat Islam dapat mengambil pelajaran dari peristiwa yang dialami oleh Bani Israil. Sesungguhnya dalam Al-Qur’an dan Hadits telah dikemukakan juga mengenai berbagai makanan yang halal lagi baik. Lalu apakah patut bagi umat Islam mengikuti langkah-langkah Bani Israil? (joko/tabloidbekam)
Sumber : Eramuslim.com
Apa itu Manna wa Salwa?
Apa itu Manna wa Salwa?
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَـكِن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Dan Kami telah menaungi kamu dengan
awan (dari panas matahari di padang pasir) dan Kami turunkan kepada kamu
“Mann” dan “Salwa”, (serta Kami berfirman): “Makanlah dari
makanan-makanan yang baik yang Kami telah kurniakan kepada kamu”. Dan
tidaklah mereka menganiaya Kami (sebab mereka kufurkan nikmat itu),
tetapi sebenarnya mereka adalah menganiaya diri sendiri. (Al-Baqarah 57)
“Al-Manna” adalah materi (bahan) getah manis kental seperti madu yang dikeluarkan dari lebah, bertumpuk di pohon sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, lalu kering dan berubah menjadi benda putih seperti tepung atau kertas putih halus yang terpencar pada jenis sebangsa batang pohon, dan dapat langsung dimakan atau dilarutkan ke dalam air lalu di minum dan rasanya sangat manis, penuh kualitas gizi yang tinggi, karena kaya dengan kandungan gula anggur (glukosa) dan gula buah (farkutoza). Di samping itu Al-Manna mengandung gula khusus yang disebut dengan gula Al-Manna (Manuz), dan mengandung karbohidrat.
Karena itulah Al-Manna adalah
makanan yang baik bagi manusia, sebagaimana dapat digunakan untuk
kepentingan medis dan pengobatan. Kecuali benjolan kebutaan dari jamur
akar yang tumbuh di bawah tanah berbentuk bulat mirip dengan bulatnya
tangan, lembek, yang secara bertahap warnanya berubah dari putih menjadi
hitam. Telah diketahui 17 jenis asam dari asam-asam amino yang penting
dalam protein cengawan dan sejumlah vitamin, terutama vitamin A. ada
kemungkinan penyifatan nabi bahwa pengobatan kebutaan dari Al Mann
adalah karunia Allah, karena tanaman ini tidak di tanam dan tidak perlu
ditanam, tidak memerlukan penyiraman, pemeliharaan, maupun perawatan.
Yang menakjubkan bahwa jenis cendawa ini ekperimen modern oleh Dokter Al-Mu’taz Al-Marzuki, sebagaimana dikatakan oleh Zaglul An-Najjar yang membuktikan kebenaran hadist nabi bahwa Al-Mann adalah obat penawar mata. Telah ditemukan bahwa air Al-Mann mencegah terjadinya Fibrosis ( penambahan jumlah jaringan serabut secara tidak normal pada organ tubuh, mata ) bagi penderita jenis trachoma yang dapat mengakibatkan kebutaan yang di sebut fibrosis kornea mata. Terlepas dari baik yang dimaksud kata “Al-Mann yang mengandung zat putih gula dan rasanya manis yang dikenal dengan nama Mann Al-Samaa ( Mann langit ) ataukah yang dimaksud adalah dengan sebutan semacam ” cendawan ” atau yang menyerupai dari karunia Allah yang diberikan kepada hambanyadan dapat diperoleh tanpa susah payah atau kesulitan kecuali mengumpulkannya, maka semua itu menunjukkan kemukjizatan Allah yang maha kuasa diturunkan kepada Bani Israel.
Adapun “al-Salwa” adalah burung yang sudah popular dengan nama al-Samman (burung quil; puyuh), yang merupakan salah satu jenis burung yang menjadi sasaran berburu, hewan buruan yang sebagian dapat dijinakkan seperti ayam, itik, dan ayam kalkun.
Al-Salwa adalah burung berpindah-pindah yang bergerak dimusim tertentu di musim yang luas. Allah telah mengatur perpindahan sebagian kelompok burung yang melewati kaum nabi musa, yang tinggal ditanah liar, seperti di jazirah Sinai (di Mesir) yang di jadikan sebagai lahan berburu dan memakannya.
Pengabungan antara Al-Mann dan Al-Salwaa adalah pengabungan antara karbohidrat nabati yang dikandung Al-Mann, dan protein hewan yang dikandung Al-Salwaa.keduanya memproduksi energi dan membangun sel-sel dalam tubuh manusia. Protein yang dikandung adalah protein yang lebih unggul dari protein tumbuhan sayuran, kacang-kacangan, dan jamur yang diminta oleh kaum nabi Musa.
Wallahu a’lam bishshowab
sumber : obat-nabawi.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)