Selasa, 28 April 2015

Syarat Teknis Budidaya Burung Puyuh

Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)

1)  Persyaratan lokasi
  • Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
  • Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
  • Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
  • Bukan merupakan daerah sering banjir
  • Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.

2)  Penyiapan Sarana dan Peralatan (Perkandangan)
Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.

3)  Kandang
Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Dengan bentuk sangkar ini maka kandang dapat disusun  3-4 tingkat





Kandang sistem litter
Sistem litter mempunyai kelebihan antara lain :
  1. Hemat tenaga dan praktis karena tidak membersihkan setiap hari
  2. Merupakan sumber vitamin B12
  3.  Dasar kandang tidak cepat rusak
  4. Kesehatan kaki puyuh terjamin
  5. Kehangatan merata
  6. Dapat menyerap kotoran dan air
  7. Mengurangi kanibalisme karena puyuh selalu mengkais.

Namun selain kebaikan, sistem litter juga memiliki kelemahan antara lain :
  1. Litter yang basah menyebabkan sumber penyakit
  2. Penggantian litter setiap penggantian penghuni.
  3.  Karena puyuh suka mengkais maka wadah makanan sebaiknya diletakkan diluar kandang agar tidak penuh litter dan apabila terpaksa harus diletakkan dalam kandang, maka tempat pakan harus dirancang tidak mudah tercemar litter.
Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:
(a) Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasa membutuhkan luas kandang 20 cm2
(b) Kandang untuk induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama
(c) Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh
(d) Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram
Kepadatan kandang juga perlu diperhatikan. Kandang sangat berperan terhadap daya hidup, produksi puyuh dan biaya produksi. Perlengkapan dan peralatan kandang puyuh yang diperlukan berupa wadah pakan, wadah minum dan tempat telur. Kandang starter (1-3 minggu) perlu dilengkapi dengan pemanas (brooder)

4) Peralatan
Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan
Kesimpulan dari Persiapan Sarana dan Peralatan terdiri dari :
a.Fasilitas-fasilitas pokok yang dibutuhkan antara lain :
Rumah induk
Kandang pembesaran
Kandang teluran
b.Fasilitas-fasilitas pendukungnya antara lain :
Tempat minum pembesaran
Nampan untuk pakan pembesaran
Sambungan listrik untuk rumah induk dan kandang pembesaran
Lampu-lampu
Paralon-paralon untuk makan dan minum di kandang teluran
Ember minum, ember pakan, ciduk, dll
Tampungan air jika diperlukan.
c.Fasilitas tambahannya, yaitu septik tank untuk pembuangan kotoran.

Aneka macam jenis burung puyuh

525166_248941435242307_1461289502_n
 
Asal usul Burung Puyuh (Coturnix coturnix) ini belum jelas benar dan diperkirakan dari coturnix liar yang dijinakkan. Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Di Indonesia Burung Puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979.

Berbagai macam Genus Burung Puyuh yang kita kenal adalah :

1. Genus Coturnix
2.Genus Anurophasis
3. Genus Perdicula
4.Genus Ophrysia
Pada umumnya Burung Puyuh yang banyak dikembangkan adalah dari Marga Turnix, Coturnix  dan Arborophilla. Arborophilla dan coturnix seperti ayam (gallus) termasuk family Phasianidae, sedang genus turnix termasuk family Turnicidae
Puyuh yang termasuk Genus Turnix memiliki ciri jari kaki ketiganya menghadap ke depan sedang yang ke belakang tidak ada.  Contohnya :   (1). Puyuh tegalan (Turnix succicator), yang sering ditemui ditegalan-tegalan, (2). Puyuh kuning (Turnix sylvatica)’ (3). Puyuh hitam (Turnix maculosa). Dari Genus Coturnix yang ada dalam kehidupan liar di Indonesia adalah Puyuh Batu (Coturnix chinensis) dimana dengan ciri-ciri : badan kecil sekitar 15 cm dan masih dapat ditemui di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Sedangkan Genus Arborophilla di Indonesia dikenal dengan Puyuh genggong (Arborophilla javanica), puyuh pohon (Arborophilla hyperythra).


Kamis, 16 April 2015

Analisa Usaha Budidaya Puyuh Petelur

ANALISA USAHA BUDIDAYA
PUYUH PETELUR SKALA RUMAH TANGGA (per 1.000ekor)

A.    ASUMSI : 
1. Luas lahan yang diperlukan (panjang x lebar) =  2 x 10 meter
2. Waktu atau Lamanya Pekerjaan perhari 60 menit 

B.     PERMODALAN / BIAYA INVESTASI: 
1. Sangkar Produksi diperlukan 5 Unit harga @ Rp 750.000,- = Rp   3.750.000,00
2. Puyuh Betina (Siap Bertelur) Umur 30 hari @ Rp 9.500,-    = Rp   9.500.000,00
3. Pakan Puyuh Petelur.
    Dicadangkan selama 30 hari x  22 kg/hari  x Rp.6.000,-       = Rp  3.960.000,00
                                                                      JUMLAH            =  Rp 17.210.000,00

C.  BIAYA PERHARI :
1. Pakan Harian =  22 Kg  X  Rp 6.000                                  = Rp  132.000,00
2. Biaya Lain +/- 10%                                                             = Rp    13.200,00

D. PENDAPATAN DENGAN RATA RATA PRODUKSI 80% PER HARI 
TELUR harian adalah  =  sebanyak +/-  800 butir/hari   x   Rp 290
                                   =   Rp. 232.000,00

E. PENDAPATAN      BIAYA 
                                  =  Rp 232.000,00   -    Rp 132.000,00
                                  =  Rp 100.000,00  -  Rp. 13.200,00 = Rp. 86.800,00 per Hari
                                  =  Rp 2.604.000,00 per Bulan 

F. BEP ( TITIK BALIK MODAL )
                                  =  Rp 17.210.000,00  : Rp. 86.800,00
                  =  198 Hari atau 6,6 Bulan (Saat ini Puyuh mampu dipelihara hingga 18 Bulan Sudah Tercapai Break Event Point (titik Balik Modal)                            
BAGAIMANA SETELAH 18 BULAN ????
Kematian ( Total Angka Mortalitasnya = 25% adalah  susut 250 ekor)
SEHINGGA AKAN DIPEROLEH (SISA PUYUH AFKIR) = 750 EKOR  x   Rp 4.000,00
                                                                                              =  Rp 3.000.000,00
RESUME  =  Rp 17.210.000,00 – Rp 3.000.000,00
                  =  Rp 14.210.000,00 (Modal / Nilai Investasi sebenarnya untuk 1000 ekor Puyuh)
 
 
 
 

Jumat, 10 April 2015

Puyuh & Kesehatan

Para peneliti Inggris mengatakan bahwa telur puyuh seharusnya dinyatakan makanan super, karena memiliki dampak yang sangat baik pada kesehatan kita dan bahkan membantu melawan obesitas. Menurut para ahli gizi, telur puyuh adalah salah satu makanan terkaya akan kandungan bahan yang baik dan esensial yang sangat penting bagi tubuh kita dan kita semua harus mengkonsumsi setidaknya satu per hari. Majalah Gizi dan Ilmu Pangan telah menerbitkan sebuah artikel di mana peneliti menekankan peran telur sangat penting dalam perlindungan kesehatan umum serta menurunkan dan menjaga berat badan.

Dr Carrie Ruxton, pemimpin penelitian menganalisis data dari tidak kurang 71 studi sebelumnya dengan rekan-rekannya. Penelitian ini bertujuan kandungan gizi telur dan peran mereka dalam diet manusia. Ternyata bahwa sementara telur miskin kalori, mereka kaya akan protein dan penuh nutrisi penting yang penting bagi kesehatan, seperti vitamin D dan B12, selenium, dan kolin.

 
Telur kaya akan antioksidan
Berbagai Penyelidikan juga menegaskan bahwa antara protein lainnya yang terkandung dalam makanan, telur mengandung beragam campuran asam amino terkaya yang sangat diperlukan untuk kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, remaja serta orang dewasa usia produktif.

Selain itu, tingginya tingkat antioksidan dalam telur membantu mencegah degenerasi makula terkait usia (macular degeneration), yang merupakan penyebab utama kebutaan di negara-negara maju.
Telur kaya akan vitamin D
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak, remaja dan orang tua, sebagai konsumen dari banyak jenis daging dan orang-orang yang tidak minum susu akan memperoleh banyak keuntungan dari makan telur. Salah satu studi menemukan bahwa telur merupakan sumber yang sangat penting dari vitamin D, dan mengkonsumsi ini akan secara signifikan meningkatkan asupan harian vitamin yang sangat penting bagi tubuh kita. Telur mengandung lebih dari 20 persen dari asupan harian yang direkomendasikan jadi jika anda makan dua buah dalam sehari maka setengah dari kebutuhan hariannya akan tercover.

Tingkat vitamin D yang rendah dikaitkan dengan banyak penyakit: termasuk osteoporosis, kanker penyakit jantung, multipleks sclerosis, dan penyakit immunal tertentu dan bahkan gangguan mental.

 

Jika hal ini berkaitan dengan telur secara umum, bagaiaman dengan telur puyuh?
Telur puyuh yang terbukti menjadi sumber yang sangat berharga dari kandungan vitamin A, B1, B2, B6, B12 dan vitamin D, zat besi, magnesium, seng, tembaga, fosfor dan mikro-nutrisi penting lainnya, mineral dan asam amino, yang dianjurkan untuk dikonsumsi secara teratur. 
Untuk makan telur puyuh sebagai bagian dari diet yang sehat dianjurkan untuk mengkonsumsinya mentah. Banyak orang tidak menyukai ide ini tetapi untuk membuat rasa lebih menyenangkan anda bisa mencampurnya dalam jus jeruk atau tomat. Dalam rangka memperkuat sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kualitas darah, bisa berlatih memakan 60 telur sesuai yang dianjurkan. Awalnya 3, lalu 5 butir telur sehari harus dikonsumsi. Jelas tidak ada yang menunjukkan bahwa telur puyuh adalah jenis obat ajaib dan akan menyembuhkan penyakit berat seperti kanker atau serupa, tetapi efek positif terhadap tubuh manusia telah terbukti.

Telur puyuh dianggap salah satu produk pengobatan alami yang paling dikenal. Praktisi medis Cina telah menggunakan telur puyuh sebagai pengobatan selama ratusan tahun dengan hasil yang cemerlang. Telur puyuh secara perlahan menjadi mudah untuk didapatkan produknya di pasaran. Semakin banyak orang mulai menunjukkan minat dalam penggunaannya sebagai obat aktif alami bukan produk kimia yang memiliki banyak efek samping.

Para ahli dalam metode pengobatan alami mengklaim bahwa telur puyuh memiliki efek positif pada orang dengan masalah stres, hipertensi, gangguan pencernaan, tukak lambung, masalah hati, tekanan darah dan kontrol lipid, migrain, asma, anemia, berbagai jenis alergi, eksim, gangguan jantung , bronkitis penyakit, depresi, panik dan penyakit kecemasan. Telur puyuh juga dikenal untuk merangsang pertumbuhan, meningkatkan nafsu seksual, merangsang fungsi otak yang meningkatkan intelligence quotient dan umumnya meremajakan tubuh.


Dalam tabel di bawah ini Anda akan menemukan saran tentang bagaimana untuk menggunakan telur puyuh. Rekomendasi-rekomendasi berikut diurutkan berdasarkan usia:

Age Group
Total No of Quail Eggs
Total No of Days
1st Day
2nd Day
3rd Day
From the 4th Day on
Adult
240
49
3
3
4
5
Adult
120
25
3
3
4
5
16-18 yrs
120
25
3
3
4
5
11-15 yrs
120
31
3
3
3
4
8-10 yrs
90
30
3
3
3
3
4-7 yrs
60
20
3
3
3
3
1-3 yrs
60
30
2
2
2
2
3 months - 1 yr
30
30
1
1
1
1

Praktisi pengobatan alami merekomendasikan penggunaan telur puyuh sebagai berikut untuk  pengobatan atau bagian dari pengobatan tergantung dari penyakit atau kondisi orang tersebut:
Untuk Anak: Konsumsi telur puyuh dianjurkan untuk anak-anak baik dimasak atau mentah untuk keseimbangan fisik dan mental mereka. Telur puyuh membantu meningkatkan IQ.
Menstimulasi pertumbuhan dan peningkatan metabolisme 100butir
Mengaktifkan saraf dan sistem saraf pusat 120butir
Untuk orang tua: Telur puyuh memiliki efek regeneratif yang bagus pada tubuh oleh karena itu dianjurkan untuk orang tua. Hal ini dapat menenangkan diri dan / atau menyembuhkan banyak penyakit yang disebabkan usia tua, kekurangan atau kelebihan gizi dalam tubuh.
telur puyuh membantu memperbaharui kondisi kesehatan dan menjaga keseimbangan tubuh, memerangi proses degeneratif dan meremajakan tubuh 240butir
menghidupkan memori dan melindungi sel-sel saraf
120butir
meningkatkan potensi seksual 120butir
memperkuat organ yang melemah oleh pekerjaan fisik atau stres 240butir
membentengi tubuh 240butir
Pengobatan Alergi (Allergy treatment) :
Asma
240butir
Ruam Kulit (Skin rash) 120butir
Eksim konjungtivitis 120butir
Rhinitis alergi (Allergic rhinitis) 240butir
Pengobatan gangguan saluran usus pencernaan :
Ulkus lambung
Gastric ulcers
240butir
Pencernaan yang buruk 120butir
Sekresi kelebihan asam lambung 120butir
Pengobatan penyakit hati:
Improves organ functions 240butir
Treatment of Renal diseases:
Improves organ functions 240eggs
Treatment of heart diseases:
Improves the functioning of the heart in the case of coronary sclerosis 240eggs
Treatment of circulatory diseases:
anaemia 240eggs
arterial hypertension 240eggs
Treatment of metabolic diseases:
gouts 240eggs
obesity 240eggs
diabetes 240eggs
Treatment of nervous diseases:
neurasthenics 240eggs
nervous state 240eggs
Benefits of quail eggs during pregnancy and while breast feeding:
The consumption of quail eggs fortifies the woman’s body during pre and post natal periods as well as after surgery and radiotherapy. It also has beneficial effects on the foetus (physical and mental balance) and for the mother after delivery (physical rehabilitation and rejuvenation of cells). Quail eggs also improve the quality of breast milk. 240eggs
HIV, AIDS:
The consumption of quail eggs by HIV AIDS patients improves CD4 240eggs
Harap Catatan: Semua informasi di atas telah bersumber dari berbagai publikasi ilmiah dan ahli gizi dan kami tidak bertanggung jawab atas kebenaran dan / atau akurasi apapun di atas.

Perkembangan puyuh Jenis Coturnix Japonica (Puyuh Jepang) di Eropa

Puyuh Jepang (Coturnix Japonica) berasal dari Asia Timur. Dalam puyuh liar burung migran yang tinggal di padang rumput dan bidang dibudidayakan. Warna puyuh Jepang biasanya berbintik-bintik.
A pair of Japanese Quail sitting in the grass  
Sepasang Puyuh Jepang duduk di rumput berwarna kuning-coklat, dengan corak garis-garis putih dari mata ke arah belakang kepala, tapi puyuh juga bisa ditemui dalam warna lain seperti putih, putih-hitam, berbintik-bintik merah-coklat atau putih-coklat. Seekor puyuh dewasa tingginya bisa mencapai sekitar 20 cm (7 ¾ Inch) dan berat sekitar 150g (5 ons). 

Domestikasi mereka telah dimulai sejak abad empat belas di Eropa. Pada awalnya burung puyuh pertama kali menjadi populer sebagai burung mainan di Eropa, layaknya di Indonesia yang dijual di sekolahan-sekolahan, akan tetapi pada tahap selanjutnya kemudian menjadi puyuh komersial untuk dijualbelikan dan untuk konsumsi masyarakat, hal ini dikarenakan telurnya yang lezat begitu pula dagingnya. 

Revolusi komersial terbesar puyuh di Eropa dimulai setelah 1910 ketika mereka dibagi menjadi dua kelompok; untuk produksi telur dan untuk pajangan (hias). Saat puyuh bukanlah burung kecil yang paling populer di kalangan pecinta burung, namun puyuh ini layak lebih banyak diperhatikan. Karena puyuh ini agak berbeda dengan burung yang lain. Burung lain biasanya hanya dijadikan hiasan saja, tapi puyuh ini sangat produktif untuk memproduksi telur dan daging dalam memenuhi konsumsi dan nutrisi masyarakat. 

Puyuh dapat disimpan di kandang atau kandang burung kecil ditutupi dengan anyaman yang rapat. Pada skala kecil Anda dapat menyimpan 10 sampai 15 burung puyuh di 1 meter persegi luas lantai. Jumlah puyuh ini akan memberikan cukup kebutuhan nutrisi dari telur untuk sebuah keluarga dengan jumlah anggota keluarga sebanyak empat orang setiap harinya. Memelihara burung puyuh dalam skala kecil cukup sederhana. Puyuh ingin menginap di lantai, hampir tidak pernah melompat ke tempat yang lebih tinggi, yang berarti bahwa jika Anda sudah memiliki kandang burung bisa disatukan dengan burung lain di dalamnya. Anda juga bisa menempatkan beberapa puyuh dibiarkan berkeliaran di rumah atau pekarangan dan mereka akan senang untuk memilih setiap partikel dimakan dari lantai, berebeda dengan jenis burung-burung lain mungkin drop jika disimpan di luar. Anda harus menyediakan zona bebas rancangan (shelter) untuk puyuh di mana mereka dapat bersembunyi dari cuaca buruk. Dalam kondisi luar, puyuh akan berhenti bertelur selama periode musim dingin dingin tetapi jika disimpan di dalam kondisi yang baik seperti cukup ruang, makanan, suhu di atas 16ºC (61º F) dan cukup ringan, puyuh biasanya bertelur sekitar 280-290 telur per tahun .  
Jika Anda ingin menyimpan puyuh untuk menetaskan telur mereka, praktek terbaik adalah memiliki ayam, saat itulah puyuh akan meletakkan telur di sarang ayam tersebut namun tidak akan optimal. Puyuh peliharaan tidak membuat sarang dan tidak akan mengerami atau menduduki telurnya sehingga Anda harus menetaskan telur serdiri dalam inkubator agar menetas. Puyuh akan mulai bertelur sekitar 10-12 minggu usia dan akan bertelur aktif selama sekitar 14-15 bulan jika disimpan dalam kondisi yang baik dan optimal. Terlepas dari itu, manusia sering memakan burung puyuh maupun rebusan telur puyuh dan mendapatkan hasil yang brilian karena vitamin yang tinggi dan volume gizi yang dahsyat.


Golden Manchurian (Italian) Quail Texas Quail in grassland

BANYAK UNGGAS MATI MENDADAK {JANGAN PANIK TENTANG FLU BURUNG}


flu burung
   

Avian influenza, atau yang lebih sering disebut dengan flu burung, awalnya merupakan sejenis penyakit infeksi pada burung yang sering menyerang di Indonesia disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H5 dan H1.
Flu burung memang harus diwaspadai, biasanya terjadi di bulan-bulan pergantian musim dan musim penghujan seperti sekarang, karena itu antisipasi dan pencegahan mutlak dilakukan untuk mencegah penyebaran flu burung maupun penyakit yang lain.

Pencegahan

1.      Vaksinasi pada puyuh,ayam dilakukan saat umur 21- 30 hari, dengan cara injeksi  (disuntik), karena vaksin yang digunakan adalah vaksin inactive (killed)

2.      Pemberian vitamin, baik vitamin untuk telur atau vitamin C dan antistress secara rutin untuk meningkatkan daya tahan puyuh.

3.      Membuat suasana kandang menjadi nyaman untuk puyuh dan ayam dengan memperhatikan kepadatan kandang,  ventilasi dan pencahayaan.

4.      Biosecurity

Adalah segala cara atau usaha untuk mencegah atau menghambat masuknya bibit penyakit terhadap area peternakan yang sehat dengan kondisi lingkungan yang bersih.
Dalam menerapkan program biosecurity ada beberapa hal yang hadrus diperhatikan oleh peternak yaitu:
Desinfeksi. Yaitu cara untuk mencegah/menghambat agar bibit penyakit tidak mudah masuk atau terhambat penyebarannya.Yang lazim dilaksanakan peternak selama ini adalah dengan penyemprotan dan desinfeksi peralatan kandang yang akan masuk ke kandang. Desinfektan yang biasa digunakan seperti Peksi Tox atau Desinfektan sejenis. Penyemprotan dapat dilakukan pada rumah kandang, kandang batteray bahkan puyuhnya. Dalam kondisi normal dapat dilakukan 2-3x seminggu setelah membuang kotoran (nimpal), tetapi saat kondisi puyuh kurang baik, sebaiknya dilakukan setiap hari.
Sanitasi. Yaitu cara bagaimana kita menjaga kebersihan kandang baik itu rumah  kandang, kandang batteray maupun lingkungan sekitar kandang. Pembersihan kotoran (nimpal) minimal tiap 2 hari untuk puyuh merupakan tindakan yang bijaksana. Pada kondisi kotoran yang basah atau puyuh terserang penyakit, pembuangan kotoran diusahakan setiap hari. Sanitasi juga dilakukan pada tempat minum. Jika menggunakan tempat minum model bel atau pralon, sebaiknya dicuci sehari sekali. Jika menggunakan nipple minimal seminggu sekali dikuras (diglontor) dengan cara membuka penyumbat pipa disetiap ujungnya.

Karantina
Karantina adalah tindakan pemisahan puyuh yang kondisinya kurang baik. Puyuh yang dalam kondisi sakit baik berat atau ringan yang memungkinkan untuk disembuhkan atau menghindari resiko penularan penyakit ke puyuh lain yang sehat. Puyuh yang dikarantina ditempatkan di tempat yang berbeda lokasinya dengan yang puyuh sehat.
Calling.
Calling adalah pengeluaran atau afkir sebagian puyuh yang sakit atau cacat (tidak produktif) agar tidak menularkan penyakit (sebagai carier) ke puyuh yang sehat dalam satu rumah kandang.
Afkir
Afkir adalah tindakan pemusnahan seluruh puyuh yang terserang penyakit dalam satu rumah kandang agar tidak menular ke rumah kandang puyuh yang sehat. Dengan tindakan ini diharapkan bisa memutuskan siklus hidup penyakit dalam satu lingkungan kandang.
Lalu lintas dalam kandang
Lalu lintas dalam kandang ini meliputi lalu lintas orang (operator kandang), ternak lain dan juga alat dan perlengkapan kandang. Lalu lintas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berkembangnya suatu penyakit. Sebagai antisipasi terhadap kondisi ini peternak harus membatasi orang yang masuk area kandang dan menyiapkan bak air yang berisi desinfektan untuk cuci kaki, tangan dan spray badan sebelum masuk kandang.
Biosecurity dilaksanakan secara ketat dapat mencegah terinfeksinya puyuh oleh kuman atau bibit penyakit, baik itu yang datang dari luar maupun dari dalam kandang. Sebagaimana pepatah mengatakan “Sedia Payung Sebelum Hujan”, lebih baik mencegah dari pada mengobati, karena dengan pencegahan berarti telah menekan biaya produksi peternakan. Awal keberhasilan dari suatu peternakan adalah penjagaan yang ketat terhadap benteng pertahanan yaitu BIOSECURITY

MODEL Kandang starter puyuh

Secara umum kandang pembesaran yang digunakan oleh peternak ada dua macam yaitu dengan kandang postal dan kandang box

1. Kandang postal
280220132064
   

Kandang postal atau sering disebut kandang lantai atau litter adalah kandang pembesaran DOQ dengan cara diumbar, alas kandang menggunakan sekam dengan ketebalan 3-5cm dan diberi koran sebanyak 5-7 lembar atau kertas zak semen sebanyak 3-4 lembar pada saat awal DOQ turun.

Kelebihan
  • Lebih ekonomis secara biaya
  • Bisa menggunakan bermacam-macam pemanas (lampu, gasolec atau kompor gas)
  • tidak repot dalam membersihkan kotoran, karena kotoran diambil saat puyuh pindah kandang
Kekurangan
  • Memerlukan tempat yang luas
  • Tingkat keamanan kurang terjamin
2. Kandang box
IMG_20150326_061831  IMG_20150326_061814

 
Kandang box adalah kandang pembesaran DOQ  yang bentuknya mirip kandang sangkar petelur tetapi tidak ada tempat untuk telur keluar, selain itu tempat pakan dan minum berada didalam kandang. Alas kandang menggunakan kawat strimin dan diberi koran sebanyak 5-7 lembar atau kertas zak semen sebanyak 3-4 lembar pada saat awal DOQ turun.

IMG_20150326_061547IMG_20150326_061614




Kelebihan
  • Tidak memerlukan tempat yang luas karena kandang box dapat ditumpuk sampai 4 tingkat
  • Tingkat keamanan lebih terjamin
Kekurangan
  • Memerlukan biaya ekstra karena harus membuat kandang box padahal pemakaianya hanya sampai puyuh naik kandang
  • Hanya bisa menggunakan pemanas dari lampu
  • Repot dalam membersihkan kotoran, karena kotoran harus dibersihkan minimal seminggu tiga kali

HASIL PENELITIAN : PENGARUH MODEL PEMELIHARAAN BURUNG PUYUH TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA DAN PENAMPILAN PRODUKSI

                                 ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah menganalisa usahatani dan produktivitas yang menguntungkan pada pemeliharaan burung puyuh, yang dipelihara dengan dua model yang berbeda. Peralatan yang digunakan adalah kandang, tampat pakan dan minum, timbangan elektrik dengan kepekaan 0,1 gram, dan peralatan untuk pemeliharaan puyuh. Bahan burung puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica) warna bulu coklat umur 7 hari,dan puyuh umur 35 hari serta puyuh warna bulu putih umur 35 hari, jenis kelamin betina. Metode penelitian percobaan dengan 3 perlakuan yaitu perlakuan pertama (P1) pemeliharaan puyuh coklat mulai dari umur 7 hari, perlakuan kedua (P2) pemeliharaan puyuh coklat mulai umur 35 hari dan perlakuan ketiga (P3) pemeliharaan puyuh putih mulai umur 35 hari. Perlakuan diulang 10 kali. Penempatan unit dengan menggunakan Nested Design (rancangan tersarang). Variabel yang diamati adalah analisa usahatani dan penampilan/performance burung puyuh. Analisis data usahatani dilakukan melalui perhitungan pendapatan, Revenue Cost Ratio (R/C), dan break even point (BEP), sedang produktivitas menggunakan T-Test dan uji ANOVA dan dilanjutkan uji Duncan’s. Hasil penelitian P1 dan P2 mengalami kerugian dan P3 memperoleh keuntungan. Kesimpulan Kedua model pemeliharaan burung puyuh mengalami kerugian, model pertama mengalami kerugian. Jenis burung puyuh yang menuntungkan dari jenis Coturnix coturnix japonica dengan bulu putih.
Kata kunci : Pemeliharaan, Puyuh, Analisa Usaha, pendapatan, BEP, R/C.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan burung puyuh dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan terutama dari jumlah populasi yang berada di masyarakat, peternak mulai gemar beternak burung yang mungil ini dikarenakan banyak hal yang menguntungkan bagi peternak. Peternak yang memiliki kandang terbatas dapat memelihara puyuh karena tidak memerlukan kandang yang luas, untuk menghasilkan produksi dalam jangka waktu singkat yaitu 40 hari puyuh sudah menghasilkan telur. Selain sifat yang positif burung puyuh juga memiliki kelemahan yang perlu diperhatikan misalnya ternak mudah stress, penyebabnya berbagai macam dari pergantian iklim dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya, perpindahan kandang, kegaduhan yang mendadak.
Pemeliharaan yang terkesan mudah membangkitkan semangat tersendiri bagi peternak, berbagai macam cara dilakukan agar dapat memelihara burung puyuh. Sebagian pemeliharaan dimulai dari puyuh yang siap telur agar segera diperoleh hasilnya, tetapi ada pula yang diperoleh dari penetasan sendiri sehingga kontinuitas populasi dapat dipertahankan. Beternak burung puyuh sering sebagai usaha sampingan dari pada usaha pokok, lahan yang sempit di samping rumah dapat dimanfaatkan untuk kandang.
Burung puyuh yang dipelihara tentu memerlukan biaya untuk proses pemeliharaan, yang dapat berupa kandang, pakan maupun obat-obatan. Biaya pakan yang dapat mencapai 70% dari seluruh biaya produksi sangat menentukan keberhasilan usaha burung puyuh. Peternak pada umumnya jarang melakukan perhitungan usahatani karena semua kegiatan dilakukan sendiri bersama keluarganya yang mana tidak diperhitungkan biaya tenaga kerja.
Berbagai model pemeliharaan burung puyuh yang dilakukan oleh peternak muncul beberapa masalah, bagaimana produktifitas dari masing-masing model pemeliharaan yang dilakukan petani dan bagaimana pendapatan yang diperoleh apabila dilakukan perhitungan dengan analisa usahatani.
B. Tujuan
Menyimak beberapa masalah yang muncul di atas maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk :
1. Menganalisa usahatani pada model pemeliharaan burung puyuh yang lebih menguntungkan.
2. Menganalisa usahatani pada jenis burung puyuh yang lebih menguntungkan.
3. Menganalisis produktivitas dari model pemeliharaan burung puyuh yang dipelihara dengan dua model yang berbeda.
C. Manfaat
Penelitian ini berguna bagi peternak sebagai acuan pemeliharaan burung puyuh yang menguntungkan dari segi analisa usahatani maupun teknis. Bagi praktisi maupun pemerhati dibidang peternakan sebagai informasi pengetahuan dalam kasanah ilmu peternakan.
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan penelitian selama seratus dua puluh hari, tempat penelitian digunakan kandang ternak yang berada di Unit Ternak Unggas / Aneka Ternak Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Magelang, Jurusan Penyuluhan Peternakan di Magelang.
B. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah kandang, sangkar kotak, tampat pakan dan minum, alat potong paruh, ember, timbangan elektrik dengan kepekaan 0,1 gram, dan peralatan untuk pemeliharaan puyuh.
Bahan penelitian yang digunakan adalah burung puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica) warna bulu coklat mulai umur 7 hari sejumlah 300 ekor, puyuh bulu coklat umur 35 hari (siap telur) sejumlah 300 ekor dan puyuh warna bulu putih umur 35 hari (siap telur) sejumlah 300 ekor, dengan jenis kelamin betina, sehingga jumlah keseluruhan menjadi 900 ekor. Pakan starter menggunakan BR-1 ayam pedaging untuk puyuh umur 7 hari sampai siap telur, untuk pakan puyuh leyer menggunakan pakan komersial puyuh petelur, dilengkapi dengan vitamin dan obat-obatan untuk menjaga kesehatan ternak serta desinfektan sebagai antisipasi pencegahan penyakit.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Perlakuan penelitian
Penelitian menggunakan metode percobaan dengan 3 perlakuan pemeliharaan yaitu perlakuan pertama (P1) pemeliharaan puyuh coklat mulai dari umur 7 hari, perlakuan kedua (P2) pemeliharaan puyuh coklat mulai umur 35 hari dan perlakuan ketiga (P3) pemeliharaan puyuh putih mulai umur 35 hari. Masing-masing perlakuan diulang 10 kali, sehingga menjadi 30 unit dan masing-masing unit terdiri dari 30 ekor burung puyuh. Penempatan unit dengan menggunakan rancangan Nested Design (Rancangan Tersarang).
2. Variabel
Variabel yang diamati adalah analisa usahatani dan penampilan/performan dengan dititik beratkan pada variabel-variabel :
a. Analisa usahatani : Diperoleh dengan mencatat semua biaya yang dikeluarkan maupun masukan dari penjualan telur, dilakukan dari mulai percobaan sampai selesai, untuk dihitung keuntungannya, dengan parameter Investasi, Input, Output, pendapatan, break even poin / BEP, dan kelayakan usaha.
b. Penampilan / Performance : Performance burung puyuh dapat diukur dari berbagai macam hal, pada penelitian ini peneliti membatasi pengukuran melalui parameter konsumsi pakan, produksi telur, feed conversion ratio / FCR).
3. Rencana pelaksanaan
Penelitian dilakukan tahap pertama memelihara burung puyuh umur 7 hari sampai umur 35 hari, pemeliharaan tahap kedua dimulai bibit puyuh sudah berumur 35 hari, sehingga pada saat dimulai pemeliharaan kedua umur puyuh sama. Pemeliharaan tahap pertama tanpa dilakukan perlakuan. Sangkar anak burung puyuh dilengkapi lampu pijar 60 watt sebagai indukan, pada umur 15 hari dilakukan potong paruh. Anak burung puyuh berada dalam sangkar sampai umur 35 hari, selanjutnya pada umur tersebut burung puyuh dimasukkan ke dalam kandang percobaan sampai burung puyuh berproduksi.
Pencatatan data dilakukan setiap minggu untuk konsumsi pakan, sedangkan produksi telur pencatatan dilakukan setiap hari (sore dan pagi), selain data teknis juga dilakukan pencatatan data analisa usahatani yaitu mengenai biaya yang dikeluarkan dan penjualan produksi telur yang diperoleh.
D. Analisis Data
Data-data dari percobaan burung puyuh pada variabel analisa usahatani dilakukan perhitungan analisa ekonomi, sedangkan untuk variabel penampilan produksi di analisa melalui parameter konsumsi pakan, produksi telur, dan feed conversion ratio / FCR dianalisis menggunakan uji ANOVA apabila ternyata terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s. Analisa usaha yang dilakukan menggunakan parameter sebagai berikut :
Analisis Revenue – Cost Ratio (R/C) merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur sejauh mana usaha yang akan / sudah dilakukan menguntungkan atau tidak.
Penerimaan
R/C = ------------------
Total Biaya
Analisis break even point (BEP) suatu usahatani meliputi dua macam yaitu berhubungan dengan quantum (berupa barang/unit) dan berbentuk rupiah (uang), BEP dapat dihitung bila ada : biaya tetap (fexed cost), biaya variable (variable cost) dan volume penjualan (sales). Rumus BEP sebagai berikut :
BT
BEP (unit) = ------------------------
Hj/st – BV/st
BT .
BEP (Rp) = 1 – BV .
Pj
Keterangan :
BT = Biaya Tetap (Fixed cost )
BV = Biaya variabel (variabel cost )
Pj = Penjualan (sales)
Hj/st = Harga jual persatuan
BV/st = Biaya variabel persatuan
Perbandingan model pemeliharaan yang dilakukan terhadap perlakuan P1 dan P2, sedangkan untuk memperoleh jenis burung puyuh digunakan perbandingan P2 dengan P3 dan menggunakan uji “T-Test”.
IV. HASIL DAN PEMBAHSAN
A. Analisa Usaha
Pemeliharaan burung puyuh setelah diperoleh data kemudian dihitung secara analisa usaha dengan kondisi pemasaran pada saat penelitian, berupa input maupun output yang berupa telur kemudian dihitung pendapatan, R/C, dan BEP unit maupun BEP Rupiah, perhitungan analisa usaha dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisa Usaha Dua Model Pemeliharaan Burung Puyuh
Perlakuan
Pendapatan
(Rp)
R / C
BEP (Unit)
(kg)
BEP (Rupiah)
(Rp)
P1
(2,023,372.67)
0.76
662.44
17,693.32
P2
(1,173,572.00)
0.88
761.55
14,995.83
P3
1,892,452.00
1.18
824.85
10,931.58

Analisa usaha P1 pada Tabel 1 menunjukkan bahwa usaha yang diperoleh mengalami kerugian sebesar Rp 2,023,372.67, hal tersebut terjadi karena produksi yang dihasilkan di bawah BEP unit (662.44 kg telur) dan harga per kg telur di pasaran Rp 12.500,00 di bawah BEP Rupiah (Rp 17,693.32), sehingga R/C yang diperoleh kurang dari satu (0,76) maka usaha tersebut tidak menguntungkan.
Analisa usaha P2 pada Tabel 1 menunjukkan bahwa usaha yang diperoleh mengalami kerugian sebesar Rp 1,173,572.00, hal tersebut terjadi karena produksi yang dihasilkan di bawah BEP unit (761.55 kg telur) dan harga per kg telur di pasaran Rp 12.500,00 di bawah BEP Rupiah (Rp 14,995.83), sehingga R/C yang diperoleh kurang dari satu (0,88) maka usaha tersebut tidak menguntungkan.
Analisa usaha P3 pada Tabel 1 menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,892,452.00, hal tersebut terjadi karena produksi yang dihasilkan di atas BEP unit (824.85 kg telur) dan harga per kg telur di pasaran Rp 12.500,00 di atas BEP Rupiah (Rp 10,931.58), sehingga R/C yang diperoleh lebih besar dari satu (1.18) maka usaha tersebut menguntungkan.
Perhitungan analisa usaha pada Tabel 1 dapat dikatakan bahwa usaha burung puyuh dengan model pemeliharaan P1 dan P2 keduanya mengalami kerugian, walaupun P2 secara rata-rata lebih baik dibanding dengan P1 sehingga model pemeliharaan ini tidak menjadikan faktor penentu keberhasilan dalam beternak burung puyuh. Sedangkan perhitungan analaisa usaha yang didasarkan jenis burung puyuh antara P2 dengan P3, jenis burung puyuh yang menguntungkan yaitu memelihara burung puyuh bulu putih (P3), yang dipelihara mulai dari siap telur. Jika dilihat secara rata-rata produksi mingguan pada Illustrasi pertama menggambarkan grafik produksi yang paling tinggi, dan rata-rata produksi mencapai 80,42% sedangkan perlakuan yang lain 40,24% dan 55,38%. Perbedaan produktivitas ternak puyuh yang sangat nyata (P<0,01)>
B. Produktivitas Burung Puyuh
1. Uji T-Test
Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data yang dihitung menggunakan statistik uji ”T-Test” diperoleh hasil analisis secara rata-rata konsumsi pakan, produksi telur dan FCR burung puyuh tersaji dalam bentuk komulatif per bulan selama penelitian, seperti yang tercantum pada Tabel 2 untuk model pemeliharaan dan untuk jenis burung puyuh pada Tabel 3.
Tabel 2. Rata-rata Konsumsi, Produksi dan FCR Burung Puyuh dengan Model Pemeliharaan yang berbeda
Perlakuan
Variabel
Konsumsi
Produksi
FCR
g/ekor/hari
Kg/bulan
P1
18.61
a
3.90
a
5.25
P2
22.02
b
5.29
b
3.82
Keterangan : Superskrip a, b menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)>
Konsumsi pakan burung puyuh pada Tabel 2. menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01), style="letter-spacing: -0.2pt;">Feed conversion ratio burung puyuh Tabel 2. merupakan perhitungan dalam rata-rata perbulan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan diantara perlakuan, tetapi secara rata-rata P2 (3,82) FCR lebih rendah dibandingkan dengan P1 (5,25).
Tabel 3. Rata-rata Konsumsi, Produksi dan FCR dari Jenis Burung Puyuh yang berbeda.
Perlakuan
Variabel
Konsumsi
Produksi
FCR
g/ekor/hari
Kg/bulan
P2
22.02
a
5.29
a
3.82
b
P3
24.18
b
7.86
b
2.77
a
Keterangan : Superskrip a, b menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)>
Konsumsi pakan dari jenis burung puyuh yang berbeda pada Tabel 3. menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01), style="letter-spacing: -0.2pt;">Feed conversion ratio burung puyuh pada Tabel 3. merupakan perhitungan rata-rata perbulan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan diantara perlakuan, tetapi secara rata-rata P3 (2,77) FCR lebih rendah dibandingkan dengan P2 (3,82).
Kedua jenis burung puyuh yang dipemelihara ini dilihat dari analisa usaha P2 mengalami kerugian dan P3 mendapat keuntungan, dengan dimikian jenis burung puyuh yang baik untuk dipelihara adalah P3 yaitu puyuh berbulu putih (albino). Bibit puyuh yang unggul hanya dapat diperoleh dengan menyilangkan induk dan pejantan puyuh yang unggul pula. Sifat keunggulan keduanya tersebut diwariskan kepada keturunannya secara genetik lewat asam deoksiribo nukleat /DNA (Purwantoro dan Ariana, 2004).
2. Uji sidik ragam (ANOVA)
Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data yang dihitung secara statistik menggunakan uji ANOVA diperoleh hasil analisis secara rata-rata konsumsi pakan, produksi telur dan FCR burung puyuh tersaji dalam bentuk komulatif per bulan selama penelitian, seperti yang tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Konsumsi, Produksi dan FCR Burung Puyuh
Perlakuan
Variabel
Konsumsi
Produksi
FCR
g/ekor/hari
Kg/bulan
P1
18.61
a
3.90
a
5.25
b
P2
22.02
b
5.29
b
3.82
ab
P3
24.18
c
7.86
c
2.77
a
Keterangan : Superskrip a, b dan c menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)>
Konsumsi pakan burung puyuh pada Tabel 4 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01),>
Dengan demikian produktivitas burung puyuh yang dapat menunjukkan kualitas paling baik pada perlakuan tiga yaitu jenis burung puyuh putih yang dipelihara mulai siap telur, ditunjukkan dengan produksi yang tinggi (7.86 kg/bulan) dengan angka FCR yang paling rendah (2.77).
Tiga jenis burung puyuh yang digunakan berasal dari satu pembibitan namun dapat menunjukkan hasil yang berbeda. Puyuh bulu putih yang menunjukkan produktivitas yang baik diantara 3 perlakuan, merupakan hasil perkawinan silang dari puyuh Jepang (Coturnix Coturnix japonica) bulu coklat dengan puyuh putih, sehingga keturunannya masih memiliki produktivitas yang baik, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwantoro dan Ariana (2004) bahwa puyuh betina diamati produktivitas telur dan konsumsi pakannya setelah melewati fase penyesuaian. Puyuh tersebut hanya mengkonsumsi pakan 23,68 g/hari. dan produktivitas telurnya mencapai 83%.
Pada puyuh bulu coklat yang dipelihara mulai dari DOQ (P1) dan dari siap telur (P2) secara kualitas paling rendah, ada kemungkinan terjadi perkawinan silang dalam yang mengakibatkan produksi telur menurun, sebab dalam pembibitan induk puyuh dan pejantan tersebut harus diseleksi dengan benar, sehingga akan menghasilkan keturunan yang seragam dan murni. Kriteria untuk seleksi ini meliputi: tidak ada hubungan darah, sudah dewasa kelamin, fisik kuat dan sehat, produksi telurnya atau mating rate-nya tinggi (Hartl, 1991; Listyowati dan Kinanti. 2005; Rasyaf, 1989; Suryo. 1995). Selain faktor tersebut kondisi asal bibit puyuh yang belum mengalami seleksi dapat mengakibatkan penurunan produksi seperti yang dikemukakan oleh Listiyowati dan Kinanti, (2005) yang menyatakan bahwa bibit burung puyuh di pasaran sebagian besar tidak memenuhi persyaratan sebagai bibit unggul, hal tersebut dikarenakan pengetahuan pembibit masih relatif kurang memahami tentang pemuliabiakan ternak. Pemeliharan burung puyuh jenis bulu coklat yang dimulai dari siap telur (P2) mempunyai produksi telur rata-rata 5.29 kg/bulan atau rata-rata produksi telur 55,38% (Tabel 3) menunjukkan produksi yang sangat rendah, hal demikian jika dipelihara oleh peternak sangat merugikan. Produksi telur yang rendah dari burung puyuh tersebut diperkirakan akibat kurangnya perahatian pembibitan dalam perkawinan ternak sehingga terjadi kawin keluarga yang disebut pula dengan inbreeding. Hasil perkawinan ini akan mempunyai dua pengaruh utama yaitu menaikkan homosigositas dan menurunkan performans atau produksi. Akibat naiknya homosigositas maka sifat-sifat yang jelek yang tersembunyi akan muncul, yang semula tidak nampak dalam kondisi heterosigot. Dalam kondisi yang demikian tidak semua inbreeding merugikan ada hal tertentu yang menguntungkan, apabila sifat genetik yang dominan masih menyertainya sehingga muncul pula sifat yang menguntungkan yaitu sekelompok ternak yang mempunyai sifat baik dan berproduksi tinggi (Hardjosubroto W, 1994).
Perkembangan produksi telur puyuh pada Tabel 5 menunjukkan rata-rata persentase produksi setiap minggu mulai dari awal peneluran sampai 13 minggu, perkembangan yang diperoleh pemeliharaan burung puyuh warna bulu coklat yang dimulai pemeliharan dari DOQ (P1) produksi rata-rata 40,24%, merupakan produksi yang paling rendah diantara tiga perlakuan tersebut, burung puyuh bulu coklat dipelihara mulai siap telur (P2) 55,38% dan produksi telur yang paling baik diantara tiga perlakuan adalah burung puyuh bulu putih yang dipelihara mulai siap telur (P3) rata-rata produksi 80,42%. Untuk lebih jelas dari keterangan tersebut dapat dilihat pada Illustrasi pertama mengenai grafik pertumbuhan produksi.
Tabel 5. Rata-rata persentase produksi telur puyuh per minggu
Minggu
(P1)
(P2)
(P3)
……………………… % ……………………..
1
25.89
33.52
58.24
2
41.89
61.81
70.52
3
41.54
69.48
83.24
4
41.54
65.43
85.57
5
40.29
65.57
84.95
6
41.49
63.43
84.57
7
37.77
60.19
86.52
8
37.89
59.05
84.52
9
36.57
56.10
81.95
10
41.66
47.48
82.19
11
44.00
41.48
80.38
12
44.23
47.38
81.24
13
48.40
49.10
81.52
Jumlah
523.14
720.00
1045.43
Rata-rata
40.24
55.38
80.42
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kedua model pemeliharaan burung puyuh mengalami kerugian, model pertama mengalami kerugian Rp 2,023,372.67, BEP unit 662.44 kg/th telur, BEP Rupiah Rp 17,693.32 per kg, dan R/C 0,76. Sedangkan model kedua mengalami kerugian Rp 1,173,572.00, BEP unit 761.55 kg/th telur, BEP Rupiah Rp 14,995.83 per kg, dan R/C 0,88.
2. Jenis burung puyuh yang menuntungkan dari jenis Coturnix coturnix japonica dengan bulu putih, yang menghasilkan analisa pendapatan per tahun Rp 1,892,452.00, BEP unit 824.85 kg/tahun, BEP Rp 10,931.58 /kg telur.
3. Produktivitas yang baik dalam pemeliharaan burung puyuh bukan karena cara pemeliharaan tetapi karena penggunaan jenis puyuh yang berasal dari keturunan yang produktif.
B. Saran
Diajurkan pada peternak burung puyuh untuk memperoleh keuntungan memelihara mulai siap telur dengan jenis Coturnix coturnix japonica dengan bulu putih (albino).

DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R., 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Ericson, SP and W.D.Downy. 1992. Manajemen Agribisnis. Diterjemahkan oleh Rochidayat Ganda S dan A. Sirait. PT Airlangga

Hardjosubroto W, 1994. Pemuliabiakan Ternak Di Lapangan. PT. Gramedia. Jakarta.
Hartl, D.L. (1991). Basic Genetics 2 ed. Boston: Jones and Bartlett.
Kadarsan. 1995. Keuangan pertanian dan Pembiyayaan perusahaan Agribisnis, P.T. Gramedia Pustaka Utama
Kay,R.D.1982. Farm Management Planing,Control, and implementation Mc Grow-Hill International Book Company,London
Listiyowati, E dan Kinanti Roospitasari, 2005. Puyuh: Tata Laksana Budi Daya Secara Komersial. Ed. Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsh, A. 2000. Domestic Coturnix Quail for Meat and Eggs. Savimat Materiel D'Elevage Chauffy France.
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian , Edisi kesembial LP3ES Jakarta
Prabowo,Dibyo. 1983. Memilih usaha dan Teknik Analisis Investasi untuk usaha pertanian/Agribisnis. Aditya Media Yogyakarta
Prawiro kusumo ,S. 1990. Ilmu Usaha Tani. Edisi pertama, BPFE, Yasaguna Jakarta

Purwantoro dan Ariana (2004) Penyilangan Puyuh Jepang Untuk Mendapatkan Bibit Unggul . Akses 16 Juni 2008. http://www.asosiasi-politeknik.or.id/index.php?module=aspi_jurnal&func=display&jurnal_id=60

Randall, M., 2004. Raising Japanese Quail. Agfact A5.0.6 3nd edition, june 2001. 4 April 2006.http://www.tocal.nsw.edu.au/reader/#Breeding, 11 Juni 2004.
Rasyaf, M. (1989). Memelihara Burung Puyuh, Yogyakarta: Kanisius.
Soekartawi, J.L. Dillon., A.Soeharjo. Dan Hardaker 1985. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk usaha petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia

Soekartawi, 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi Rajawali Press, Jakarta

Suharno,B. 2002. Agribisnis Ayam Ras , Edisi ke 5, PT Penebar Swadaya Jakarta.

Suharto, 1995. Manajemen Proyek Dari Konsepsional Sampai Operasional Cetakan ke-1. Penrbit Erlangga Jakarta.
Suryo, H. (1995). Genetika. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM. 

 Penulis
Gatot Adiwinarto