Dikisahkan ketika Bani Israil disesatkan di gurun yang panas, Allah ternyata memberikan karunia kepada mereka. Mukjizat berupa naungan awan senantiasa mengiringi kemana pun Bani Israil pergi, makanan terbaik berupa manna dan salwa pun selalu tersedia tanpa harus diburu dengan susah payah.
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا
عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا
رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَـكِن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna
dan salwa. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan
kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah
yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al Baqarah : 57)Tapi tak dinyana, justru kaum Nabi Musa itu malah meminta makanan pengganti yang lebih rendah untuk mereka. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نَّصْبِرَ عَلَىَ طَعَامٍ
وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنبِتُ الأَرْضُ
مِن بَقْلِهَا وَقِثَّآئِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ
أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُواْ
مِصْراً فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلْتُمْ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa sabar
(tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk
kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang
ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya,
kacang adasnya, dan bawang merahnya.” Musa berkata: “Maukah kamu
mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu
ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta…” (Q.S. Al
Baqarah : 61)Ibnu Qoyyim mengungkapkan bahwasannya Bani Israil telah berada dalam suatu tempat yang luas, udaranya lebih baik, lebih jauh dari penyakit dan kotoran, atap yang melindungi mereka dari sengatan matahari adalah awan, makanan mereka salwa dan minuman mereka manna.
Ibnu Zait turut berkata, “Makanan Bani Israil ketika mereka berada di padang sahara (tih) hanya satu macam, demikian pula minuman mereka. Minuman mereka madu yang turun dari langit yang disebut manna, sedangkan makanan mereka burung yang disebut salwa. Mereka hanya makan daging burung dan minum madu; tak ada roti atau makanan lainnya.
Ibnu Qoyyim juga menuturkan bahwa sudah maklum betapa utamanya jenis makanan dan minuman dari Allah tersebut dibanding dengan jenis makanan dan minuman lainnya. Ini merupakan salah satu contoh buruknya pilihan mereka serta sedikitnya pengetahuan mereka mengenai jenis makanan yang bermanfaat dan cocok, sehingga meminta makanan yang mengandung mudarat.
Sementara Hasan Al Basri mengatakan bahwa Bani Israil terlanjur terbiasa dengan hal tersebut (makanan yang mereka minta), maka mereka tidak sabar terhadap makanan manna dan salwa. Mereka teringat kepada kehidupan sebelumnya yang biasa mereka jalani. Mereka merupakan kaum yang biasa makan kacang adas, bawang merah, sayur-mayur dan bawang putih (vegetarian).
Oleh karenanya Musa AS berkata, “Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta…”
Ibnu Katsir menyatakan bahwa pada ayat tersebut terkandung teguran dan celaan terhadap permintaan mereka yang meminta jenis-jenis makanan yang rendah ini, padahal mereka sedang dalam kehidupan yang menyenangkan dan memiliki makanan yang enak lagi baik dan bermanfaat.
Banyak pendapat mengenai manna, diantaranya ialah cairan putih yang mirip madu walau ada yang berpendapat itu adalah jamur truffle karena adanya hadits Nabi SAW yang berbunyi, “Jamur kam’ah (truffle) berasal dari manna, airnya mengandung obat penawar bagi mata.” (H.R. Bukhari)
Menurut Imam Dzahabi, manna yang turun pada pohon khotmiy yang berasal darinya berwarna putih dan yang tidak berasal darinya berwarna hijau. Kekuatannya bertambah dan berkurang tergantung pohon yang dihinggapinya, bagus untuk dada, bermanfaat untuk batuk dan dapat menghilangkannya.
Sedangkan salwa dikatakan Adz Dzahabi adalah jenis burung puyuh, memakannya menyenangkan hati dan menghancurkan kencing batu, bagus untuk kimus, bermanfaat untuk orang yang sehat dan yang baru sembuh dari sakit. Lalu bagaimana dengan kacang adas?
Diuraikan oleh Ibnu Muflih bahwasannya kacang adas itu mengganggu orang lain dan menyebabkan perut kembung. Sesungguhnya adas itu disebut bersamaan dengan bawang merah di dalam Al-Qur’an. Kacang adas adalah syahwat yang lebih disukai oleh orang-orang Yahudi daripada manna dan salwa.
Adas mengandung karakter kematian, panas-kering. Adas juga mengandung dua sifat yang kontradiktif; yang satu mengeraskan tinja; sedang yang lain melunakkannya.
Adas sangat berbahaya bagi pengidap melancholia (masalah dengan ampedu hitam) dan membuatnya mengalami mimpi buruk. Adas juga bisa mengentalkan darah, juga tidak baik untuk syaraf.
Adas sulit dicerna, tidak baik untuk lambung, sangat berbahaya bagi orang yang sulit buang air kecil, menghambat kelancaran darah haid, menyebabkan bengkak-bengkak dingin dan menghasilkan angin yang tebal.
Sekali lagi, akibat prilaku yang fasik dengan menolak karunia berupa makanan yang baik dan meminta ganti dengan makanan yang rendah kualitasnya maka Allah menghinakan Bani Israil seperti yang dinyatakan dalam lanjutan surat Al-Baqarah ayat 61.
“Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.”
Semoga umat Islam dapat mengambil pelajaran dari peristiwa yang dialami oleh Bani Israil. Sesungguhnya dalam Al-Qur’an dan Hadits telah dikemukakan juga mengenai berbagai makanan yang halal lagi baik. Lalu apakah patut bagi umat Islam mengikuti langkah-langkah Bani Israil? (joko/tabloidbekam)
Sumber : Eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar