ABSTRAK
Tujuan
penelitian adalah menganalisa usahatani dan produktivitas yang
menguntungkan pada pemeliharaan burung puyuh, yang dipelihara dengan dua
model yang berbeda. Peralatan yang digunakan
adalah kandang, tampat pakan dan minum, timbangan elektrik dengan
kepekaan 0,1 gram, dan peralatan untuk pemeliharaan puyuh. Bahan burung
puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica) warna bulu coklat umur 7
hari,dan puyuh umur 35 hari serta puyuh warna bulu putih umur 35 hari,
jenis kelamin betina. Metode penelitian percobaan dengan 3 perlakuan
yaitu perlakuan pertama (P1) pemeliharaan puyuh coklat mulai dari umur 7
hari, perlakuan kedua (P2) pemeliharaan puyuh coklat mulai umur 35 hari
dan perlakuan ketiga (P3) pemeliharaan puyuh putih mulai umur 35 hari.
Perlakuan diulang 10 kali. Penempatan unit dengan menggunakan Nested
Design (rancangan tersarang). Variabel yang diamati adalah analisa
usahatani dan penampilan/performance burung puyuh. Analisis data
usahatani dilakukan melalui perhitungan pendapatan, Revenue Cost Ratio
(R/C), dan break even point (BEP), sedang produktivitas menggunakan T-Test dan uji ANOVA dan dilanjutkan uji Duncan’s. Hasil penelitian P1 dan P2 mengalami kerugian dan P3 memperoleh keuntungan. Kesimpulan Kedua
model pemeliharaan burung puyuh mengalami kerugian, model pertama
mengalami kerugian. Jenis burung puyuh yang menuntungkan dari jenis Coturnix coturnix japonica dengan bulu putih.
Kata kunci : Pemeliharaan, Puyuh, Analisa Usaha, pendapatan, BEP, R/C.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
burung puyuh dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan terutama
dari jumlah populasi yang berada di masyarakat, peternak mulai gemar
beternak burung yang mungil ini dikarenakan banyak hal yang
menguntungkan bagi peternak. Peternak yang memiliki kandang terbatas
dapat memelihara puyuh karena tidak memerlukan kandang yang luas, untuk
menghasilkan produksi dalam jangka waktu singkat yaitu 40 hari puyuh
sudah menghasilkan telur. Selain sifat yang positif burung puyuh juga
memiliki kelemahan yang perlu diperhatikan misalnya ternak mudah stress,
penyebabnya berbagai macam dari pergantian iklim dari musim hujan ke
musim kemarau atau sebaliknya, perpindahan kandang, kegaduhan yang
mendadak.
Pemeliharaan
yang terkesan mudah membangkitkan semangat tersendiri bagi peternak,
berbagai macam cara dilakukan agar dapat memelihara burung puyuh.
Sebagian pemeliharaan dimulai dari puyuh yang siap telur agar segera
diperoleh hasilnya, tetapi ada pula yang diperoleh dari penetasan
sendiri sehingga kontinuitas populasi dapat dipertahankan. Beternak
burung puyuh sering sebagai usaha sampingan dari pada usaha pokok, lahan
yang sempit di samping rumah dapat dimanfaatkan untuk kandang.
Burung
puyuh yang dipelihara tentu memerlukan biaya untuk proses pemeliharaan,
yang dapat berupa kandang, pakan maupun obat-obatan. Biaya pakan yang
dapat mencapai 70% dari seluruh biaya produksi sangat menentukan
keberhasilan usaha burung puyuh. Peternak pada umumnya jarang melakukan
perhitungan usahatani karena semua kegiatan dilakukan sendiri bersama
keluarganya yang mana tidak diperhitungkan biaya tenaga kerja.
Berbagai
model pemeliharaan burung puyuh yang dilakukan oleh peternak muncul
beberapa masalah, bagaimana produktifitas dari masing-masing model
pemeliharaan yang dilakukan petani dan bagaimana pendapatan yang
diperoleh apabila dilakukan perhitungan dengan analisa usahatani.
B. Tujuan
Menyimak beberapa masalah yang muncul di atas maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk :
1. Menganalisa usahatani pada model pemeliharaan burung puyuh yang lebih menguntungkan.
2. Menganalisa usahatani pada jenis burung puyuh yang lebih menguntungkan.
3. Menganalisis produktivitas dari model pemeliharaan burung puyuh yang dipelihara dengan dua model yang berbeda.
C. Manfaat
Penelitian
ini berguna bagi peternak sebagai acuan pemeliharaan burung puyuh yang
menguntungkan dari segi analisa usahatani maupun teknis. Bagi praktisi
maupun pemerhati dibidang peternakan sebagai informasi pengetahuan dalam
kasanah ilmu peternakan.
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan
penelitian selama seratus dua puluh hari, tempat penelitian digunakan
kandang ternak yang berada di Unit Ternak Unggas / Aneka Ternak Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Magelang, Jurusan Penyuluhan
Peternakan di Magelang.
B. Alat dan Bahan
Peralatan
yang digunakan adalah kandang, sangkar kotak, tampat pakan dan minum,
alat potong paruh, ember, timbangan elektrik dengan kepekaan 0,1 gram,
dan peralatan untuk pemeliharaan puyuh.
Bahan penelitian yang digunakan adalah burung puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica)
warna bulu coklat mulai umur 7 hari sejumlah 300 ekor, puyuh bulu
coklat umur 35 hari (siap telur) sejumlah 300 ekor dan puyuh warna bulu
putih umur 35 hari (siap telur) sejumlah 300 ekor, dengan jenis kelamin
betina, sehingga jumlah keseluruhan menjadi 900 ekor. Pakan starter
menggunakan BR-1 ayam pedaging untuk puyuh umur 7 hari sampai siap
telur, untuk pakan puyuh leyer menggunakan pakan komersial puyuh
petelur, dilengkapi dengan vitamin dan obat-obatan untuk menjaga
kesehatan ternak serta desinfektan sebagai antisipasi pencegahan
penyakit.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Perlakuan penelitian
Penelitian
menggunakan metode percobaan dengan 3 perlakuan pemeliharaan yaitu
perlakuan pertama (P1) pemeliharaan puyuh coklat mulai dari umur 7 hari,
perlakuan kedua (P2) pemeliharaan puyuh coklat mulai umur 35 hari dan
perlakuan ketiga (P3) pemeliharaan puyuh putih mulai umur 35 hari.
Masing-masing perlakuan diulang 10 kali, sehingga menjadi 30 unit dan
masing-masing unit terdiri dari 30 ekor burung puyuh. Penempatan unit
dengan menggunakan rancangan Nested Design (Rancangan Tersarang).
2. Variabel
Variabel yang diamati adalah analisa usahatani dan penampilan/performan dengan dititik beratkan pada variabel-variabel :
a. Analisa usahatani
: Diperoleh dengan mencatat semua biaya yang dikeluarkan maupun masukan
dari penjualan telur, dilakukan dari mulai percobaan sampai selesai,
untuk dihitung keuntungannya, dengan parameter Investasi, Input, Output,
pendapatan, break even poin / BEP, dan kelayakan usaha.
b. Penampilan / Performance :
Performance burung puyuh dapat diukur dari berbagai macam hal, pada
penelitian ini peneliti membatasi pengukuran melalui parameter konsumsi
pakan, produksi telur, feed conversion ratio / FCR).
3. Rencana pelaksanaan
Penelitian
dilakukan tahap pertama memelihara burung puyuh umur 7 hari sampai umur
35 hari, pemeliharaan tahap kedua dimulai bibit puyuh sudah berumur 35
hari, sehingga pada saat dimulai pemeliharaan kedua umur puyuh sama.
Pemeliharaan tahap pertama tanpa dilakukan perlakuan. Sangkar anak
burung puyuh dilengkapi lampu pijar 60 watt sebagai indukan,
pada umur 15 hari dilakukan potong paruh. Anak burung puyuh berada
dalam sangkar sampai umur 35 hari, selanjutnya pada umur tersebut burung
puyuh dimasukkan ke dalam kandang percobaan sampai burung puyuh
berproduksi.
Pencatatan
data dilakukan setiap minggu untuk konsumsi pakan, sedangkan produksi
telur pencatatan dilakukan setiap hari (sore dan pagi), selain data
teknis juga dilakukan pencatatan data analisa usahatani yaitu mengenai
biaya yang dikeluarkan dan penjualan produksi telur yang diperoleh.
D. Analisis Data
Data-data
dari percobaan burung puyuh pada variabel analisa usahatani dilakukan
perhitungan analisa ekonomi, sedangkan untuk variabel penampilan
produksi di analisa melalui parameter konsumsi pakan, produksi telur,
dan feed conversion ratio / FCR dianalisis menggunakan uji ANOVA apabila
ternyata terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s.
Analisa usaha yang dilakukan menggunakan parameter sebagai berikut :
Analisis Revenue – Cost Ratio (R/C) merupakan alat
analisis yang digunakan untuk mengukur sejauh mana usaha yang akan /
sudah dilakukan menguntungkan atau tidak.
Penerimaan
R/C = ------------------
Total Biaya
Analisis
break even point (BEP) suatu usahatani meliputi dua macam yaitu
berhubungan dengan quantum (berupa barang/unit) dan berbentuk rupiah
(uang), BEP dapat dihitung bila ada : biaya tetap (fexed cost), biaya
variable (variable cost) dan volume penjualan (sales). Rumus BEP
sebagai berikut :
BT
BEP (unit) = ------------------------
Hj/st – BV/st
BT .
BEP (Rp) = 1 – BV .
Pj
Keterangan :
BT = Biaya Tetap (Fixed cost )
BV = Biaya variabel (variabel cost )
Pj = Penjualan (sales)
Hj/st = Harga jual persatuan
BV/st = Biaya variabel persatuan
Perbandingan
model pemeliharaan yang dilakukan terhadap perlakuan P1 dan P2,
sedangkan untuk memperoleh jenis burung puyuh digunakan perbandingan P2
dengan P3 dan menggunakan uji “T-Test”.
IV. HASIL DAN PEMBAHSAN
A. Analisa Usaha
Pemeliharaan
burung puyuh setelah diperoleh data kemudian dihitung secara analisa
usaha dengan kondisi pemasaran pada saat penelitian, berupa input maupun
output yang berupa telur kemudian dihitung pendapatan, R/C, dan BEP
unit maupun BEP Rupiah, perhitungan analisa usaha dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Analisa Usaha Dua Model Pemeliharaan Burung Puyuh
Perlakuan
|
Pendapatan
(Rp)
|
R / C
|
BEP (Unit)
(kg)
|
BEP (Rupiah)
(Rp)
|
P1
|
(2,023,372.67)
|
0.76
|
662.44
|
17,693.32
|
P2
|
(1,173,572.00)
|
0.88
|
761.55
|
14,995.83
|
P3
|
1,892,452.00
|
1.18
|
824.85
|
10,931.58
|
Analisa
usaha P1 pada Tabel 1 menunjukkan bahwa usaha yang diperoleh mengalami
kerugian sebesar Rp 2,023,372.67, hal tersebut terjadi karena produksi
yang dihasilkan di bawah BEP unit (662.44 kg telur) dan harga per kg
telur di pasaran Rp 12.500,00 di bawah BEP Rupiah (Rp 17,693.32),
sehingga R/C yang diperoleh kurang dari satu (0,76) maka usaha tersebut
tidak menguntungkan.
Analisa
usaha P2 pada Tabel 1 menunjukkan bahwa usaha yang diperoleh mengalami
kerugian sebesar Rp 1,173,572.00, hal tersebut terjadi karena produksi
yang dihasilkan di bawah BEP unit (761.55 kg telur) dan harga per kg
telur di pasaran Rp 12.500,00 di bawah BEP Rupiah (Rp 14,995.83),
sehingga R/C yang diperoleh kurang dari satu (0,88) maka usaha tersebut
tidak menguntungkan.
Analisa
usaha P3 pada Tabel 1 menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan memperoleh
keuntungan sebesar Rp 1,892,452.00, hal tersebut terjadi karena
produksi yang dihasilkan di atas BEP unit (824.85 kg telur) dan harga
per kg telur di pasaran Rp 12.500,00 di atas BEP Rupiah (Rp 10,931.58),
sehingga R/C yang diperoleh lebih besar dari satu (1.18) maka usaha
tersebut menguntungkan.
Perhitungan
analisa usaha pada Tabel 1 dapat dikatakan bahwa usaha burung puyuh
dengan model pemeliharaan P1 dan P2 keduanya mengalami kerugian,
walaupun P2 secara rata-rata lebih baik dibanding dengan P1 sehingga
model pemeliharaan ini tidak menjadikan faktor penentu keberhasilan
dalam beternak burung puyuh. Sedangkan perhitungan analaisa usaha yang
didasarkan jenis burung puyuh antara P2 dengan P3, jenis burung puyuh
yang menguntungkan yaitu memelihara burung puyuh bulu putih (P3), yang
dipelihara mulai dari siap telur. Jika dilihat
secara rata-rata produksi mingguan pada Illustrasi pertama menggambarkan
grafik produksi yang paling tinggi, dan rata-rata produksi mencapai
80,42% sedangkan perlakuan yang lain 40,24% dan 55,38%. Perbedaan
produktivitas ternak puyuh yang sangat nyata (P<0,01)>
B. Produktivitas Burung Puyuh
1. Uji T-Test
Hasil
penelitian yang dilakukan diperoleh data yang dihitung menggunakan
statistik uji ”T-Test” diperoleh hasil analisis secara rata-rata
konsumsi pakan, produksi telur dan FCR burung puyuh tersaji dalam bentuk
komulatif per bulan selama penelitian, seperti yang tercantum pada
Tabel 2 untuk model pemeliharaan dan untuk jenis burung puyuh pada Tabel
3.
Tabel 2. Rata-rata Konsumsi, Produksi dan FCR Burung Puyuh dengan Model Pemeliharaan yang berbeda
Perlakuan
|
Variabel
| |||||
Konsumsi
|
Produksi
|
FCR
| ||||
g/ekor/hari
|
Kg/bulan
| |||||
P1
|
18.61
|
a
|
3.90
|
a
|
5.25
| |
P2
|
22.02
|
b
|
5.29
|
b
|
3.82
|
Keterangan : Superskrip a, b menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)>
Konsumsi
pakan burung puyuh pada Tabel 2. menunjukkan perbedaan yang sangat
nyata (P<0,01), style="letter-spacing: -0.2pt;">Feed conversion
ratio burung puyuh Tabel 2. merupakan perhitungan dalam rata-rata
perbulan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan diantara
perlakuan, tetapi secara rata-rata P2 (3,82) FCR lebih rendah
dibandingkan dengan P1 (5,25).
Tabel 3. Rata-rata Konsumsi, Produksi dan FCR dari Jenis Burung Puyuh yang berbeda.
Perlakuan
|
Variabel
| |||||
Konsumsi
|
Produksi
|
FCR
| ||||
g/ekor/hari
|
Kg/bulan
| |||||
P2
|
22.02
|
a
|
5.29
|
a
|
3.82
|
b
|
P3
|
24.18
|
b
|
7.86
|
b
|
2.77
|
a
|
Keterangan : Superskrip a, b menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)>
Konsumsi
pakan dari jenis burung puyuh yang berbeda pada Tabel 3. menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01), style="letter-spacing:
-0.2pt;">Feed conversion ratio burung puyuh pada Tabel 3. merupakan
perhitungan rata-rata perbulan secara statistik tidak menunjukkan
perbedaan diantara perlakuan, tetapi secara rata-rata P3 (2,77) FCR
lebih rendah dibandingkan dengan P2 (3,82).
Kedua
jenis burung puyuh yang dipemelihara ini dilihat dari analisa usaha P2
mengalami kerugian dan P3 mendapat keuntungan, dengan dimikian jenis
burung puyuh yang baik untuk dipelihara adalah P3 yaitu puyuh berbulu
putih (albino). Bibit puyuh yang unggul hanya dapat diperoleh dengan
menyilangkan induk dan pejantan puyuh yang unggul pula. Sifat keunggulan
keduanya tersebut diwariskan kepada keturunannya secara genetik lewat
asam deoksiribo nukleat /DNA (Purwantoro dan Ariana, 2004).
2. Uji sidik ragam (ANOVA)
Hasil
penelitian yang dilakukan diperoleh data yang dihitung secara statistik
menggunakan uji ANOVA diperoleh hasil analisis secara rata-rata
konsumsi pakan, produksi telur dan FCR burung puyuh tersaji dalam bentuk
komulatif per bulan selama penelitian, seperti yang tercantum pada
Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Konsumsi, Produksi dan FCR Burung Puyuh
Perlakuan
|
Variabel
| |||||
Konsumsi
|
Produksi
|
FCR
| ||||
g/ekor/hari
|
Kg/bulan
| |||||
P1
|
18.61
|
a
|
3.90
|
a
|
5.25
|
b
|
P2
|
22.02
|
b
|
5.29
|
b
|
3.82
|
ab
|
P3
|
24.18
|
c
|
7.86
|
c
|
2.77
|
a
|
Keterangan : Superskrip a, b dan c menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)>
Konsumsi pakan burung puyuh pada Tabel 4 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01),>
Dengan
demikian produktivitas burung puyuh yang dapat menunjukkan kualitas
paling baik pada perlakuan tiga yaitu jenis burung puyuh putih yang
dipelihara mulai siap telur, ditunjukkan dengan produksi yang tinggi
(7.86 kg/bulan) dengan angka FCR yang paling rendah (2.77).
Tiga
jenis burung puyuh yang digunakan berasal dari satu pembibitan namun
dapat menunjukkan hasil yang berbeda. Puyuh bulu putih yang menunjukkan
produktivitas yang baik diantara 3 perlakuan, merupakan hasil perkawinan
silang dari puyuh Jepang (Coturnix Coturnix japonica) bulu
coklat dengan puyuh putih, sehingga keturunannya masih memiliki
produktivitas yang baik, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwantoro dan Ariana (2004) bahwa
puyuh betina diamati produktivitas telur dan konsumsi pakannya setelah
melewati fase penyesuaian. Puyuh tersebut hanya mengkonsumsi pakan 23,68
g/hari. dan produktivitas telurnya mencapai 83%.
Pada
puyuh bulu coklat yang dipelihara mulai dari DOQ (P1) dan dari siap
telur (P2) secara kualitas paling rendah, ada kemungkinan terjadi
perkawinan silang dalam yang mengakibatkan produksi telur menurun, sebab
dalam pembibitan induk puyuh dan pejantan tersebut harus diseleksi
dengan benar, sehingga akan menghasilkan keturunan yang seragam dan
murni. Kriteria untuk seleksi ini meliputi: tidak ada hubungan darah,
sudah dewasa kelamin, fisik kuat dan sehat, produksi telurnya atau mating rate-nya
tinggi (Hartl, 1991; Listyowati dan Kinanti. 2005; Rasyaf, 1989; Suryo.
1995). Selain faktor tersebut kondisi asal bibit puyuh yang belum
mengalami seleksi dapat mengakibatkan penurunan produksi seperti yang
dikemukakan oleh Listiyowati dan Kinanti, (2005) yang menyatakan bahwa
bibit burung puyuh di pasaran sebagian besar tidak memenuhi persyaratan
sebagai bibit unggul, hal tersebut dikarenakan pengetahuan pembibit
masih relatif kurang memahami tentang pemuliabiakan ternak. Pemeliharan
burung puyuh jenis bulu coklat yang dimulai dari siap telur (P2)
mempunyai produksi telur rata-rata 5.29 kg/bulan atau rata-rata produksi
telur 55,38% (Tabel 3) menunjukkan produksi yang sangat rendah, hal
demikian jika dipelihara oleh peternak sangat merugikan. Produksi telur
yang rendah dari burung puyuh tersebut diperkirakan akibat kurangnya
perahatian pembibitan dalam perkawinan ternak sehingga terjadi kawin
keluarga yang disebut pula dengan inbreeding. Hasil perkawinan ini akan
mempunyai dua pengaruh utama yaitu menaikkan homosigositas dan
menurunkan performans atau produksi. Akibat naiknya homosigositas maka
sifat-sifat yang jelek yang tersembunyi akan muncul, yang semula tidak
nampak dalam kondisi heterosigot. Dalam kondisi yang demikian tidak
semua inbreeding merugikan ada hal tertentu yang menguntungkan, apabila
sifat genetik yang dominan masih menyertainya sehingga muncul pula sifat
yang menguntungkan yaitu sekelompok ternak yang mempunyai sifat baik
dan berproduksi tinggi (Hardjosubroto W, 1994).
Perkembangan
produksi telur puyuh pada Tabel 5 menunjukkan rata-rata persentase
produksi setiap minggu mulai dari awal peneluran sampai 13 minggu,
perkembangan yang diperoleh pemeliharaan burung puyuh warna bulu coklat
yang dimulai pemeliharan dari DOQ (P1) produksi rata-rata 40,24%,
merupakan produksi yang paling rendah diantara tiga perlakuan tersebut,
burung puyuh bulu coklat dipelihara mulai siap telur (P2) 55,38% dan
produksi telur yang paling baik diantara tiga perlakuan adalah burung
puyuh bulu putih yang dipelihara mulai siap telur (P3) rata-rata
produksi 80,42%. Untuk lebih jelas dari keterangan tersebut dapat
dilihat pada Illustrasi pertama mengenai grafik pertumbuhan produksi.
Tabel 5. Rata-rata persentase produksi telur puyuh per minggu
Minggu
|
(P1)
|
(P2)
|
(P3)
|
……………………… % ……………………..
| |||
1
|
25.89
|
33.52
|
58.24
|
2
|
41.89
|
61.81
|
70.52
|
3
|
41.54
|
69.48
|
83.24
|
4
|
41.54
|
65.43
|
85.57
|
5
|
40.29
|
65.57
|
84.95
|
6
|
41.49
|
63.43
|
84.57
|
7
|
37.77
|
60.19
|
86.52
|
8
|
37.89
|
59.05
|
84.52
|
9
|
36.57
|
56.10
|
81.95
|
10
|
41.66
|
47.48
|
82.19
|
11
|
44.00
|
41.48
|
80.38
|
12
|
44.23
|
47.38
|
81.24
|
13
|
48.40
|
49.10
|
81.52
|
Jumlah
|
523.14
|
720.00
|
1045.43
|
Rata-rata
|
40.24
|
55.38
|
80.42
|
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kedua model pemeliharaan burung puyuh mengalami kerugian, model pertama mengalami kerugian Rp 2,023,372.67,
BEP unit 662.44 kg/th telur, BEP Rupiah Rp 17,693.32 per kg, dan R/C
0,76. Sedangkan model kedua mengalami kerugian Rp 1,173,572.00, BEP unit
761.55 kg/th telur, BEP Rupiah Rp 14,995.83 per kg, dan R/C 0,88.
2. Jenis burung puyuh yang menuntungkan dari jenis Coturnix coturnix japonica
dengan bulu putih, yang menghasilkan analisa pendapatan per tahun Rp
1,892,452.00, BEP unit 824.85 kg/tahun, BEP Rp 10,931.58 /kg telur.
3. Produktivitas
yang baik dalam pemeliharaan burung puyuh bukan karena cara
pemeliharaan tetapi karena penggunaan jenis puyuh yang berasal dari
keturunan yang produktif.
B. Saran
Diajurkan pada peternak burung puyuh untuk memperoleh keuntungan memelihara mulai siap telur dengan jenis Coturnix coturnix japonica dengan bulu putih (albino).
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R., 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Ericson, SP and W.D.Downy. 1992. Manajemen Agribisnis. Diterjemahkan oleh Rochidayat Ganda S dan A. Sirait. PT Airlangga
Hardjosubroto W, 1994. Pemuliabiakan Ternak Di Lapangan. PT. Gramedia. Jakarta.
Hartl, D.L. (1991). Basic Genetics 2 ed. Boston: Jones and Bartlett.
Kadarsan. 1995. Keuangan pertanian dan Pembiyayaan perusahaan Agribisnis, P.T. Gramedia Pustaka Utama
Kay,R.D.1982. Farm Management Planing,Control, and implementation Mc Grow-Hill International Book Company,London
Listiyowati, E dan Kinanti Roospitasari, 2005. Puyuh: Tata Laksana Budi
Daya Secara Komersial. Ed. Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsh, A. 2000. Domestic Coturnix Quail for Meat and Eggs. Savimat Materiel D'Elevage Chauffy France.
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian , Edisi kesembial LP3ES Jakarta
Prabowo,Dibyo. 1983. Memilih usaha dan Teknik Analisis Investasi untuk usaha pertanian/Agribisnis. Aditya Media Yogyakarta
Prawiro kusumo ,S. 1990. Ilmu Usaha Tani. Edisi pertama, BPFE, Yasaguna Jakarta
Purwantoro dan Ariana (2004) Penyilangan Puyuh Jepang Untuk Mendapatkan Bibit Unggul . Akses 16 Juni 2008. http://www.asosiasi-politeknik.or.id/index.php?module=aspi_jurnal&func=display&jurnal_id=60
Randall, M., 2004. Raising Japanese Quail. Agfact A5.0.6 3nd edition, june 2001. 4 April 2006.http://www.tocal.nsw.edu.au/reader/#Breeding, 11 Juni 2004.
Rasyaf, M. (1989). Memelihara Burung Puyuh, Yogyakarta: Kanisius.
Soekartawi, J.L. Dillon., A.Soeharjo. Dan Hardaker 1985. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk usaha petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia
Soekartawi, 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi Rajawali Press, Jakarta
Suharno,B. 2002. Agribisnis Ayam Ras , Edisi ke 5, PT Penebar Swadaya Jakarta.
Suharto, 1995. Manajemen Proyek Dari Konsepsional Sampai Operasional Cetakan ke-1. Penrbit Erlangga Jakarta.
Suryo, H. (1995). Genetika. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.
Penulis
Penulis
Gatot Adiwinarto
mantap..bos bisa saya tiru ilmunya..
BalasHapusterimakasih mas edi warsono. Monggo mas
BalasHapusJual puyuh albino ga bang
BalasHapus